Jumat, 11 November 2011

ESQ DAN MOTIVASI BELAJAR


ESQ DAN MOTIVASI BELAJAR MENGAJAR



A.  ESQ (Emotional Spiritual Quotient)
ESQ sekarang menjadi suatu hal yang sangat menarik perhatian banyak orang. Sebelumnya orang selalu mengunggulkan IQ (Intelligent Quotient) sebagai factor penentu kesuksesan seseorang sehingga banyak orang tua berupaya agar anaknya menjadi cerdas bahkan sejak di dalam kandungan para orang tua sudah menerapan treatment khusus agar anaknya bisa menjadi anak cerdas. Fakta kemudian menunjukkan ternyata IQ hanya menyumbang 20 % bagi keberhasilan manusia. Permasalahan ini pernah dikaji oleh Emotional Quotient Inventory bahwa faktanya yang benar-benar terjadi IQ hanya menyumbang sekitar 6 % terhadap keberhasilan seseorang.


Pendidikan di Indonesia sekarang ini masih menekankan pada nilai akademik atau kecerdasan otak saja (IQ). Siswa dituntut belajar mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi sekedar supaya memperoleh nilai bagus yang dapat dijadikan bekal mencari pekerjaan. IQ ditengarai tidak berjalan seimbang dengan dua kecerdasan lainnya, yaitu kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual lebih dikenal dengan ESQ. Lalu sebenarnya apakah yang dimaksud dengan ESQ?
Konsep ESQ (Emotional Spiritual Quotient) berlaku secara universal akan membawa seseorang pada “predikat memuaskan” bagi dirinya serta sesama. ESQ yang dicetuskan Ary Ginanjar Agustian, pendiri ESQ Leadership Center, memandu seseorang dalam membangun prinsip hidup dan karakter berdasar ESQ Way 165 (1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam). Untuk lebih mudah memahami konsep ESQ, di bawah ini ada cerita  sebagai ilustrasi :
Ada sebuah perusahaan obat di Jepang yang hampir tutup karena kalah bersaing. Pimpinan perusahaan lalu meliburkan semua karyawannya dan mengirim mereka ke rumah sakit-rumah sakit dengan tujuan agar mereka dapat melihat secara langsung obat tersebut digunakan oleh pasien. Setelah obat tersebut diberikan kepada pasien, di antara mereka ada yang sembuh, ada yang tidak sembuh bahkan ada yang meninggal. Setelah tiga sampai enam bulan, seluruh karyawan dipanggil untuk bekerja. Ternyata setelah dipanggil dan bekerja kembali, prestasi mereka bagus. Obat-obat yang diproduksi pun semakin berkualitas. Ketika ditanya apa yang mereka mampu meningkatkan kinerjanya? Ternyata jawabannya, ketika mereka membuat obat, mereka teringat dengan ayah dan ibunya yang diobati. Mereka membuat obat seakan-akan untuk menyembuhkan orang tua mereka sendiri. Hal ini membuat mereka bekerja maksimal agar obat yang dihasilkan berkualitas sehingga dapat menyembuhkan orang tua mereka, termasuk orang lain. Mereka tak lagi melihat materi sebagai imbalan kerja kerasnya. Mereka bekerja sebagai bentuk pegabdian kepada Sang Pencipta (www.untag-sby.ac.id, 22 November 2009)
Kemampuan karyawan perusahaan obat di Jepang di dalam memproduksi obat berkualitas dan prestasi kerja yang bagus tersebut merupakan cerminan ESQ mereka yang tinggi. Terbukti secara IQ, karyawan tersebut sudah baik dengan mampu membuat obat, tetapi hasilnya tidak baik karena ESQ karyawan yang kurang bagus sehingga perusahaan hampir tutup. Setelah karyawan mengamati pengguna obat di rumah sakit, baru ESQ mereka meningkat yaitu mereka bekerja dengan pengabdian kepada Sang Pencipta. Agustian (2005, h. 58) menyebut pengabdian kepada Sang Pencipta ini sebagai God Spot (Titik Tuhan) yang menjadi pusat kehidupan manusia.                                      
                                                                             







Lingkaran terdalam (God Spot) terletak pada Dimensi Spiritual atau alam bawah sadar. Lingkaran kedua terletak pada Dimensi Sosial yaitu alam pra sadar dan pada lingkaran terluar merupakan Dimensi Fisik (IQ) yang terletak pada alam sadar manusia. Dimensi Emosi (EQ) atau Dimensi Fisik (IQ), semua harus berada pada garis edarnya masing-masing dan mengorbit pada titik sentral yang disebut Titik Tuhan (God Spot). Seperti gerakan Galaksi Bima Sakti, gerakan Atom atau gerakan jamaah Haji mengelilingi Ka’bah, semua melakukan thawaf sujud pada sifat-sifat Tuhan. Konsep ini disebut God Sentris yaitu berpusat pada SQ (Agustian, 2005, h. 58 – 59).
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa inti dari ESQ adalah semua aktivitas dan pola pikir kita yang berpusat pada Tuhan. Kita bekerja, belajar maupun aktivitas lain bila motivasinya untuk memuliakan Tuhan dan pengabdian pada Tuhan, maka kesuksesan akan kita pegang.

B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Mc. Donald (Djamarah, 2002, h. 114) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan Woolfolk (2004, h. 350) mendefinisikan motivasi sebagai keadaan dalam diri individu yang menimbulkan, mengarahkan dan memelihara tingkah laku. Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan Anda berjalan, membuat Anda tetap berjalan dan menentukan ke mana Anda berusaha berjalan (Slavin, 2009, h. 106).
Motivasi berkaitan dengan kebutuhan manusia. Motivasi dan kebutuhan manusia dapat dijelaskan menggunakan hierarki kebutuhan dari Maslow. Dalam teori Maslow, kebutuhan yang lebih rendah dalam hierarki ini harus dipuaskan setidaknya sebagian sebelum seseorang memuaskan kebutuhan tingkat yang lebih tinggi (Slavin, 2009, h. 109). Misalnya, orang yang lapar atau orang yang berada dalam bahaya fisik akan kurang peduli untuk mempertahankan citra diri positif  dari pada untuk memperoleh makanan atau keselamatan, tetapi begitu orang tidak lagi merasa lapar atau takut, kebutuhan harga diri mungkin menjadi yang terpenting. Maslow juga memperkenalkan kebutuhan kekurangan (deficiency needs) dan kebutuhan pertubuhan (growth needs). Kebutuhan kekurangan (fisiologi, keselamatan/ rasa aman, cinta dan harga diri) adalah kebutuhan yang penting bagi kesejahteraan fisik dan psikologis. Kebutuhan ini harus dipuaskan tetapi begitu sudah terpuaskan, motivasi orang untuk memuaskan hilang. Sebaliknya, kebutuhan pertubuhan seperti kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu, untuk menghargai keindahan atau untuk bertumbuh dan berkembang dengan dihargai orang lain, tidak pernah dapat dipuaskan seluruhnya.
Di dalam proses belajar mengajar juga perlu adanya motivasi sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan prestasi siswa dalam belajar dan kemampuan guru di dalam meningkatkan motivasi siswa bisa terwujud. Untuk memudahkan memahami motivasi belajar siswa, dapat difokuskan pada 5 (lima) pertanyaan :
a.     Apa yang individu pilih? Apa yang dikerjakan murid-murid, misalnya fokus mengerjakan pekerjaan rumah atau menonton TV.
b.     Berapa lama memulai mengerjakan pekerjaan rumah? Segera mengerjakan atau menunda-nunda.
c.      Keterlibatan di dalam kegiatan belajar secara aktif atau hanya asal ikut saja.
d.     Individu mudah menyerah atau tidak di dalam kegiatan belajar. Bila disuruh membaca buku, apakah membaca sampai selesai atau hanya dibuka-buka halamannya saja.
e.     Pikiran dan perasaan individu di dalam aktivitas belajar. Merasa senang atau cemas.

 Motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik.
a.     Motivasi instrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Motivasi ini muncul dari dalam diri sendiri bukan karena adanya pengaruh faktor dari luar (orang lain atau situasi). Motivasi yang berhubungan dengan kegiatan dengan rewards dari diri sendiri (Woolfolk, 2004, h. 351). Individu yang memiliki motivasi instrinsik memiliki minat dan task commitment yang tinggi sehingga memiliki kecenderungan berhasil dalam belajarnya.
b.     Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Jadi motivasi ini timbul karena faktor dari luar seperti reward dan punishment. Kaitanya dengan belajar, motivasi ekstrinsik yaitu kemauan individu di dalam belajar bukan karena ingin mengerti apa yang dipelajari tetapi karena faktor lain misalnya dengan belajar individu ingin mendapat pujian, nilai bagus, gelar dan lainnya. Guru bisa menggunakan motivasi ekstrinsik untuk memotivasi siswa supaya mau belajar.

2.     Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar
a.     Memberi angka : maksud dari angka adalah simbol dari hasil aktivitas belajar (nilai hasil belajar). Angka merupakan alat motivasi yang sering digunakan dan cukup memberikan stimulus untuk meningkatkan prestasi belajar.
b.     Reward (hadiah) : pemberian hadiah biasanya diberikan kepada siswa yang memiliki prestasi tertinggi (rangking 1) sebagai penghargaan terhadap hasil belajarnya. Pemberian hadiah ini bisa memotivasi siswa yang bersangkutan untuk mempertahankan prestasinya atau siswa lain tertantang untuk meraih hadiah tersebut. Hadiah bisa berupa bea siswa, benda tertentu atau predikat tertentu (siswa teladan dan diumumkan).
c.      Kompetisi : kompetisi baik secara individu maupun kelompok diperlukan untuk menumbuhkan motivasi belajar. Suasana kompetisi secara sehat perlu dibentuk karena dalam diri individu pada dasarnya telah ada jiwa kompetisi tinggal bagaimana membangkitkan secara sehat. Perlu hati-hati di dalam membuat suasana kompetisi, karena kompetisi bisa berdampak negatif bagi individu bila kompetisi tersebut berubah menjadi menggunakan segala cara untuk mencapai prestasi.
d.     Ego-involvement yaitu individu fokus pada bagaimana penampilan (performent) belajarnya dan bagaimana individu dinilai oleh orang lain. Dengan kata lain fokus terhadap harga diri. Individu yang mendapat prestasi rendah akan malu dan merasa harga dirinya rendah, sebaliknya bila prestasi baik, maka akan meningkatkan harga diri dan kebanggaan.
e.     Memberi ulangan : adanya ulangan akan memotivasi individu untuk belajar karena individu akan mempersiapkan diri untuk menghadapi ulangan dan tidak ingin hasil ulangannya jelek. Ulangan harus terprogram dan diketahui siswa sehingga ada persiapan untuk menghadapi ulangan.
f.       Memberitahukan hasil belajar : siswa yang mengetahui hasil belajarnya secara periodik akan memotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya. Contohnya adalah mengembalikan kertas ulangan yang telah dinilai kepada siswa sehingga siswa tahu nilainya dan tahu mana materi yang benar dan salah.
g.      Pujian : pemberian pujian disaat yang tepat akan sangat memotivasi siswa. Pujian harus sesuai dengan hasil belajar siswa dan bukan pujian yang dibuat-buat atau asal memuji.
h.     Hukuman : pemberian hukuman dengan tepat dan bijak merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman harus diberikan dengan pendekatan edukatif bukan karena dendam.
i.       Minat : seseorang yang telah memiliki minat terhadap suatu aktivitas (termasuk belajar) akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dan dengan rasa senang.
j.       Tujuan yang akan dicapai : mengetahui tujuan apa yang akan dicapai dari proses belajar akan memotivasi siswa. Berbeda bila individu tidak mengetahui tujuan dari proses belajarnya, maka akan mengurangi minat belajarnya dan berdampak pada motivasi belajar. Pemberitahuan tujuan belajar harus disampaikan dengan menarik sehingga bisa membangkitkan minat siswa terhadap materi belajar.

C.Hubungan ESQ dan Motivasi Belajar Mengajar
Pertanyaan yang perlu dijawab kemudian adalah apakah ESQ bisa meningkatkan motivasi belajar mengajar. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu ditelusuri inti dari ESQ dan inti dari motivasi belajar mengajar. Inti dari ESQ yaitu bahwa hidup tidak lagi hanya bermain di tataran fungsi logika dan profesionalitas kerja, namun juga pemaknaan (meaning). Hidup mengarah pada puncak makna dan tujuan hidup (ultimate meaning and purpose) yang semakin universal (Agustian, 2005, h.8-9). Puncak makna dan tujuan hidup berpusat pada Tuhan (God Centris) atau SQ (Spiritual Quotient).
Sedangkan motivasi sesuatu yang menyebabkan Anda berjalan, membuat Anda tetap berjalan dan menentukan ke mana Anda berusaha berjalan (Slavin, 2009, h. 106). Dari sisi pengertian motivasi, maka ESQ bisa menjadi sangat bermakna di dalam meningkatkan motivasi belajar mengajar. Bila tujuan guru mengajar bukan hanya sekedar cari uang tetapi bekerja seperti mendidik anak sendiri yang merupakan wujud pengabdian pada Sang Pencipta, maka guru akan sangat termotivasi dalam mendidik siswanya dan tanpa kenal lelah. Mendidik bagi guru dengan ESQ tinggi bukan hanya sekedar memberikan ilmunya pada siswa tetapi mengajarkan siswa suatu hal hingga siswa mengerti dan memahami. Acuannya bukan asal materi selesai diberikan tetapi bagaimana agar materi yang disampaikan bisa membuat siswa senang, paham dan merasa tertantang untuk mempelajari lebih lanjut. Hal ini selaras dengan teori motivasi yang berkait dengan kebutuhan yang dikemukakan Maslow yaitu kebutuhan pertubuhan seperti kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu, untuk menghargai keindahan atau untuk bertumbuh dan berkembang dengan dihargai orang lain.
ESQ bagi siswa di dalam proses belajar juga sangat berguna. Siswa yang memiliki ESQ tinggi, maka di dalam belajar di sekolah yang dikejar siswa tidak hanya prestasi akademik (IQ) tetapi juga kematangan emosi (EQ) dan selalu mengingat serta berdoa kepada Tuhan (SQ). Bila ESQ siswa kuat, maka siswa akan memaknai proses belajar mengajar bukan sebagai beban tetapi sebagai ibadah atau pengabdian terhadap Sang Pencipta. Hal ini sesuai dengan salah satu bentuk motivasi belajar yaitu siswa tahu tujuan yang akan dicapai di dalam proses belajar mengajar. Hasil dari belajar tidak hanya bermanfaat bagi dirinya tetapi juga bermanfaat bagi orang lain sehingga siswa mengarah pada puncak makna dan tujuan hidupnya. Dengan kata lain siswa maupun guru yang memiliki ESQ tinggi, mereka memiliki motivasi intrinsik sehingga task commitment juga tinggi terhadap proses belajar mengajar. Individu seperti ini memiliki kecenderungan berhasil dalam belajarnya.


”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
Pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi
Kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”.

QS Ar-Rum (Bangsa Romawi) 30:30


Daftar Pustaka :
-        Agustian, Ary Ginanjar. 2005. ESQ, The ESQ Way 165. Jakarta : Arga.

-        Djamarah, SB. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

-        Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan, Teori dan Praktek. Jakarta : Indeks.
-        Woolfolk, A. 2004. Educational Psychology. United State of America : Pearson Education, Inc.
-        www.untag-sby.ac.id, diakses tanggal 22 November 2009.

Mohon saran dan kritiknya.... 




Comments :

0 komentar to “ESQ DAN MOTIVASI BELAJAR”

Posting Komentar

Blog Archive

 

Copyright © 2009 by Tkp News

Template by Blogger Templates | Powered by Blogger